Generasi milenial banyak “dididik” tayangan media sosial, tak sedikit kurang tata karma dan hilang adab nya
Oleh: Muhammad Syafii Kudo
BELUM hilang di dalam ingatan bagaimana kejadian viral seseorang yang digelari sebagai Gus berlaku kurang sopan dan tak puny ada di depan seorang Habib. Meskipun Si Habib tidak mempermasalahkan hal tersebut namun masyarakat yang melihat secara dhohir kejadian itu tetap tidak bisa menerima bahasa tubuh yang diperagakan oleh Si Gus.
Jangankan kepada seorang Habib, kepada orang biasa pun yang usianya lebih tua, berbicara sambil merokok adalah sebuah hal yang berlawanan dengan unggah-ungguh (tata krama) di dalam budaya bangsa ini. Apalagi dari sisi agama.
Kasus yang terbaru, bagaimana seorang anggota sayap kepemudaan dari sebuah ormas besar membentak-bentak dan berkata kasar kepada orang yang lebih tua darinya baik dari segi usia maupun kontribusi pada ormas tersebut.
Kejadian yang terjadi di Surabaya ini juga menjadi trending topik di jagad maya. Terlepas masalah benar salahnya prosedur yang konon dilanggar oleh pihak yang kegiatannya dibubarkan paksa oleh sayap kepemudaan ormas besar tersebut, setidaknya ada peristiwa yang membuat masyarakat mengelus dada yaitu cara pendekatan yang dipakai oleh anggota sayap kepemudaan itu kepada pihak yang notabene adalah seniornya sendiri di dalam organisasi yang sama.
Ada kalimat yang membuat kurang laik didengar oleh telinga dalam kejadian tersebut yakni saat salah satu anggota sayap kepemudaan ormas itu memaksa melepas seragam salah seorang tokoh utama dalam acara itu sambil berkata kurang lebih, “Gak Ngurus Wong Tuek” (Tidak peduli orang tua), “Iki sing nggarai koen” (Ini yang membuat gara-gara adalah kamu).
Nada emosi yang demikian sungguh menunjukkan bagaimana tata krama itu sudah tidak ada sama sekali. Bahkan di dalam bahasa Jawa Timuran, kalimat panggilan “Koen” itu hanya boleh ditujukan kepada orang yang usianya sebaya atau di bawah usia orang yang memanggil. Sedangkan untuk orang yang lebih tua baik dari segi usia maupun keilmuan maka panggilan yang dipakai adalah “sampean” atau lebih sopan lagi adalah “panjenengan”.
Sekali lagi, terlepas dari siapa yang benar ataupun salah dalam acara tersebut, yang jelas tayangan video kekerasan viral itulah yang jadi perhatian masyarakat terutama non anggota ormas yang bersangkutan.
Sebab dengan melihat tayangan arogansi semacam itu tentu publik akan teringat dengan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam yang berbunyi,
إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِى الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ
“Sesungguhnya termasuk dalam pengagungan terhadap Allah adalah memuliakan seorang Muslim yang telah tua.” (HR: Abu Dawud).
0 komentar:
Posting Komentar