inaaf.site - Bepergian (safar)
merupakan bagian dari kebutuhan hidup manusia. Bepergian untuk liburan,
menuntut ilmu, mencari nafkah, mengunjungi kerabat, dan keperluan lainnya.
Berita tentang meninggalnya seseorang karena kecelakaan dalam perjalanan
mengingatkan bahwa kematian itu bisa datang kapan dan di mana saja.
Tempat dan waktu meninggalnya
seseorang telah ditentukan, di rumah atau pada saat bepergian atau di mana
saja.
إذا أراد الله قبض عبد بأرض جعل له إليها حاجة
“Sesungguhnya jika Allah
menghendaki untuk mencabut nyawa seorang hamba di suatu tempat, maka Allah
jadikan hamba itu memiliki keperluan di tempat tersebut.” (HR: Hakim).
Berkaitan safar, Rasulullah ﷺ
bersabda;
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ
، يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ ، فَإِذَا قَضَى نَهْمَتَهُ
فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ
“Safar itu setengah dari adzab
(siksa), karena jika seorang dari kalian bepergian terkurangi tidur, makan dan
minumnya. Apabila salah seorang dari kalian telah menyelesaikan urusannya (saat
bepergian) hendaklah dia segera kembali kepada keluarganya.” (HR: Bukhari).
Islam sebagai agama yang sempurna
telah memberikan tuntunan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam bersafar/bepergian.
Karena itu, orang yang akan melakukan aktifitas safar hendaknya menjaga
adab-adab safar selama dalam perjalanan
Pertama, sebelum berangkat
meninggalkan rumah dianjurkan untuk shalat dua rakaat yang dilanjutkan dengan
berdoa agar urusannya dimudahkan.
Kedua, orang yang akan melakukan
safar hendaknya mengucapkan wada’ (pamitan) kepada keluarga, tetangga dan para
teman dekatnya. Tujuannya untuk meminta maaf dan minta agar didoakan.
Ketiga, hendaknya orang yang akan
melakukan safar mengembalikan barang-barang titipan dan tanggungan yang ada
padanya kepada pemiliknya, karena safar merupakan pekerjaan yang berpotensi
terjadinya musibah.
Keempat, hendaknya menyiapkan
perbekalan yang bersumber dari yang halal, dan meninggalkan nafkah kepada semua
orang yang wajib dinafkahinya seperti istri, anak, dan orang tua.
Kelima, hendaklah orang-orang
yang ber-safar mengangkat salah seorang di antara mereka untuk menjadi amir
dalam safar.
Keenam, hendaklah orang yang akan
ber-safar ketika meninggalkan rumahnya ia berdoa, yang artinya;
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ أَنْ
أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ
أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىَّ
“Dengan nama Allah, aku
bertawakkal kepada Allah, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan izin
Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau
disesatkan (setan atau orang yang berwatak setan), atau tergelincir dan
digelincirkan (orang lain), atau dari berbuat bodoh atau dibodohi.” (HR: Abu
Daud).
Ketujuh, hendaklah orang yang
ber-safar bertakbir (Allahu Akbar) ketika melewati tempat yang tinggi. Dari Abu
Hurairah RA, ia berkata;
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُسَافِرَ فَأَوْصِنِي، قَالَ: «عَلَيْكَ بِتَقْوَى
اللَّهِ، وَالتَّكْبِيرِ عَلَى كُلِّ شَرَفٍ
“Bahwasanya seorang lelaki
bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku hendak ber-safar, maka berilah
aku nasihat” Beliau menjawab, “Hendaklah kamu bertakwa kepada Allah, dan
mengucapkan takbir ketika melewati tempat yang tinggi.” (HR: Tirmidzi).
Kedelapan, hendaklah memperbanyak
doa di dalam safar-nya dan memohon kepada Allah SWT kebaikan dunia dan akhirat.
Karena safar merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa.
Kesembilan, hendaklah ia
memberitakan kabar akan kedatangannya, sehingga tidak mengejutkan keluarganya.
Itulah sebagian dari adab dalam
bepergian (safar). Dengan memperhatikan adab-adab tersebut diharapkan seseorang
yang melakukan safar mendapatkan keberkahan, kemudahan, dan perlindungan Allah
SWT selama dalam perjalanan. Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar